Sebelum berbicara mengenai siapa pelaku trading saham alangkah baiknya jika Anda membaca tulisan tentang pelaku trading forex sehingga nantinya Anda akan tahu apa saja perbedaan kedua instrument perdagangan tersebut.
Mekanisme trading saham bersifat terpusat (centralized) yang artinya penjual / pembeli sepakat bahwa yang namanya harga saham adalah satu sehingga ketika Anda membeli saham melalui broker A atau B atau C maka yang namanya harga saham adalah tetap sama karena para broker tersebut akan mengorder pesanan Anda tadi kedalam bursa saham dan tidak ke broker lainnya.
Jadi istilahnya para penjual / pembeli saham semuanya mengacu satu harga yang ditentukan oleh 1 (satu) pasar itu sendiri.
Window Jual Beli saham |
Jadi ketika Anda melihat panel harga jual / beli saham BBRI seperti diatas di aplikasi trading di broker A maka harga saham BBRI pun akan kelihatan sama ketika Anda membuka aplikasi trading di broker B atau C.
Sehingga semua pelaku trading saham akan mempunyai kesempatan yang sama untuk mendapatkan harga terbaik (jual / beli). Dan yang membedakannya adalah seberapa sabar masing-masing pelaku trading saham ketika menawar harga jual / beli.
Terus siapa saja pelaku trading saham?
Yang paling jelas adalah mereka yang mempunyai modal :) tentunya dan terdaftar sebagai investor / spekulator di sebuah broker saham.
#1 Pelaku Trading Saham RETAIL
Siapa yang disebut retail? jadi yang disebut retail itu adalah investor / spekulator / trader / Anda / Saya yang mengelola dana (keuangan) pribadi. Sedangkan pelaku trading saham tipe retail itu sendiri ada yang disebut investor yang membeli saham untuk dipegang dalam waktu yang lama dan spekulator / trader yang membeli saham kemudian menjualnya kembali ke bursa saham dalam kurun waktu yang pendek sehingga ada istilah intraday / swing trader.
Investor Retail |
Pelaku trading saham tipe retail ini lebih rentan mengalami kerugian karena mereka tidak mampu mengendalikan pergerakan sebuah harga saham tentunya karena modal yang dimiliki kurang kuat untuk menggerakkan harga sebuah saham.
Jadi jika Anda mempunyai modal yang banyak maka tentu Anda bisa menggerakkan harga sebuah saham untuk bergerak naik atau pun turun.
Seperti Bapak Lo Kheng Hong diatas yang mempunyai saham PT Petrosea (PTRO) Tbk. sebanyak 11.70% per tanggal 31 Januari 2018.
Seperti yang Saya bilang tadi jika Anda mempunyai modal / dana yang banyak seperti bapak Lo Kheng Hong diatas maka setidaknya Anda bisa menggerakkan harga saham entah itu naik dengan terus melakukan pembelian (akumulasi) saham atau menggerakkan harga sahan menjadi turun dengan menjual (distribusi) saham.
Institusi bisa jadi mereka yang menjual reksadana, pengelola dana pensiun, pengelola asuransi, bank, koperasi, dan institusi lainnya.
Misalnya saja salah satu pemilik (investor) saham PT Semen Baturaja (Persero) (SMBR) Tbk. yaitu Asuransi Jiwasraya yang mempunyai kepemilikan saham SMBR sebanyak 9.24% atau setara 917,524,500 lembar saham.
Katakanlah ada 4 (empat) isntitusi besar yang sedang mengincar saham SMBR dan semuanya ingin menjadi investornya dengan cara membeli saham SMBR tersebut maka sudah dapat dipastikan bahwa harga saham SMBR akan merangkak naik tidak karuan
Seperti terlihat pada grafik pergerakan harga (candlestick) diatas.
Harga IPO saham SMBR sekitar Rp 300,- an dan sekarang dihargai Rp 4.100,- per lembarnya atau sudah naik sebanyak 1366,66% dalam kurun waktu 2013 s/d 2018.
Jadi jika Anda bisa mengetahui jenis investor sebuah saham apalagi tahu mengenai jumlah proporsional kepemilikannya maka itu adalah sebuah keuntungan tersendiri bagi Anda. Karena jika sebuah saham tidak dilirik oleh sebuah institusi manapun maka sudah dapat dipastikan harga saham tersebut akan kesulitan bergerak atau bahkan mungkin secara fundamental memang saham tersebut berkinerja buruk dan tidak layak dikoleksi apalagi dijadikan instrument perdagangan.
Tetapi jika banyak institusi yang melirik sebuah saham tertentu misalkan saja saham SMBR seperti contoh diatas maka sudah dapat dipastikan Anda akan mendapatkan untung besar hanya dengan cara menunggangi pergerakan harga tersebut.
Investor Retail - Lo Kheng Hong |
Seperti Bapak Lo Kheng Hong diatas yang mempunyai saham PT Petrosea (PTRO) Tbk. sebanyak 11.70% per tanggal 31 Januari 2018.
Seperti yang Saya bilang tadi jika Anda mempunyai modal / dana yang banyak seperti bapak Lo Kheng Hong diatas maka setidaknya Anda bisa menggerakkan harga saham entah itu naik dengan terus melakukan pembelian (akumulasi) saham atau menggerakkan harga sahan menjadi turun dengan menjual (distribusi) saham.
#2 Pelaku Trading Saham INSTITUSI
Pelaku trading saham tipe institusi mempunyai modal / dana yang cukup besar sehingga mereka mampu menggerakkan sebuah harga saham. Mereka biasa juga disebut bandar / big boys / atau apalah! Siapa yang disebut pelaku institusi? institusi bisa jadi sebuah lembaga yang mengelola dana dari nasabahnya.Institusi bisa jadi mereka yang menjual reksadana, pengelola dana pensiun, pengelola asuransi, bank, koperasi, dan institusi lainnya.
Investor Institusi |
Misalnya saja salah satu pemilik (investor) saham PT Semen Baturaja (Persero) (SMBR) Tbk. yaitu Asuransi Jiwasraya yang mempunyai kepemilikan saham SMBR sebanyak 9.24% atau setara 917,524,500 lembar saham.
Katakanlah ada 4 (empat) isntitusi besar yang sedang mengincar saham SMBR dan semuanya ingin menjadi investornya dengan cara membeli saham SMBR tersebut maka sudah dapat dipastikan bahwa harga saham SMBR akan merangkak naik tidak karuan
Pergerakan Harga Saham SMBR |
Seperti terlihat pada grafik pergerakan harga (candlestick) diatas.
Harga IPO saham SMBR sekitar Rp 300,- an dan sekarang dihargai Rp 4.100,- per lembarnya atau sudah naik sebanyak 1366,66% dalam kurun waktu 2013 s/d 2018.
Jadi jika Anda bisa mengetahui jenis investor sebuah saham apalagi tahu mengenai jumlah proporsional kepemilikannya maka itu adalah sebuah keuntungan tersendiri bagi Anda. Karena jika sebuah saham tidak dilirik oleh sebuah institusi manapun maka sudah dapat dipastikan harga saham tersebut akan kesulitan bergerak atau bahkan mungkin secara fundamental memang saham tersebut berkinerja buruk dan tidak layak dikoleksi apalagi dijadikan instrument perdagangan.
Tetapi jika banyak institusi yang melirik sebuah saham tertentu misalkan saja saham SMBR seperti contoh diatas maka sudah dapat dipastikan Anda akan mendapatkan untung besar hanya dengan cara menunggangi pergerakan harga tersebut.