Kali ini kita akan membahas mengenai Pengaruh Inflasi Terhadap Harga Saham dan sebelumnya pun kita juga sudah pernah membahas mengenai pengaruh suku bunga terhadap harga saham. Kedua hal tersebut sama-sama perlu kita pelajari ketika kita memutuskan ingin menjadi seorang investor atau trader saham. Dan kedua tema tersebut masuk kedalam kategori metode analisis makro ekonomi fundamental saham.
Pengaruh Inflasi Terhadap Harga Saham |
Sebelum kita melanjutkan pokok pembahasan mungkin masih ada yang belum tahu apakah itu definisi inflasi.
Oke mari kita bahas terlebih dahulu mengenai definisi inflasi.
Secara sederhana ya gan :) Inflasi adalah meningkatnya harga-harga kebutuhan secara umum dan kenaikan satu atau dua harga saja tidak dapat disebut inflasi kecuali jika peningkatan tersebut terjadi secara luas dan mampu mempengaruhi peningkatan harga-harga kebutuhan lainnya.
Kenapa kita mempunyai istilah inflasi didalam sistem ekonomi? dan apakah inflasi bagus atau buruk untuk kita sebagai seorang investor atau trader saham.
Sebelum kita lanjut membahas pengaruh inflasi terhadap harga saham mungkin ada baiknya jika kita perlu mengetahui efek dasar yang akan ditimbulkan jika inflasi timbul dengan angka yang tinggi dan tidak stabil.
Pertama, inflasi yang tinggi akan menyebabkan pendapatan riil kita semakin terus menurun sehingga standard hidup kita akan semakin menurun pula. Pada akhirnya akan menjadikan kita dan masyarakat yang miskin bertambah miskin.
Misalnya jika Kakek Anda pensiun pada tahun 1999 dengan uang pensiun per bulan 300 ribu rupiah, Saya yakin dengan uang pensiun sebesar itu Kakek Anda sudah dapat membeli beberapa kebutuhan pokok tanpa terlalu pusing dibandingkan sekarang. Dan mampu membelikan mainan untuk cucunya dengan tipe mainan yang bisa Anda pilih sendiri.
Pada waktu itu untuk membeli 1 bungkus nasi Kakek Anda rata-rata hanya memerlukan uang sebesar 50 - 100 rupiah (di Jawa Timur). Tetapi untuk saat ini yaitu tahun 2017 jika Kakek Anda makan nasi bungkus dengan lauk yang sama maka Kakek Anda harus mengeluarkan uang sebesar 5.000 - 10.000 rupiah.
Bisa dibayangkan berapa besarnya penurunan pendapatan riil Kakek Anda dihitung mulai tahun 1999 sampai 2017 gara-gara adanya istilah inflasi.
Misalnya jika Kakek Anda pensiun pada tahun 1999 dengan uang pensiun per bulan 300 ribu rupiah, Saya yakin dengan uang pensiun sebesar itu Kakek Anda sudah dapat membeli beberapa kebutuhan pokok tanpa terlalu pusing dibandingkan sekarang. Dan mampu membelikan mainan untuk cucunya dengan tipe mainan yang bisa Anda pilih sendiri.
Pada waktu itu untuk membeli 1 bungkus nasi Kakek Anda rata-rata hanya memerlukan uang sebesar 50 - 100 rupiah (di Jawa Timur). Tetapi untuk saat ini yaitu tahun 2017 jika Kakek Anda makan nasi bungkus dengan lauk yang sama maka Kakek Anda harus mengeluarkan uang sebesar 5.000 - 10.000 rupiah.
Bisa dibayangkan berapa besarnya penurunan pendapatan riil Kakek Anda dihitung mulai tahun 1999 sampai 2017 gara-gara adanya istilah inflasi.
Kedua, inflasi yang tidak stabil akan menciptakan ketidakpastian (uncertainty) bagi pelaku ekonomi untuk mengambil keputusan berbisnis. Dan hal ini juga akan menyulitkan masyarakat untuk mengambil keputusan investasi, konsumsi, dan produksi yang pada akhirnya akan menghambat pertumbuhan ekonomi.
Ketiga, tingkat inflasi domestik yang lebih tinggi dibandingkan tingkat inflasi negara tetangga menjadikan tingkat suku bunga domestik menjadi tidak kompetitif sehingga dapat menjadi tekanan untuk nilai rupiah.
Inflasi yang tinggi biasanya akan dibarengi dengan naiknya suku bunga melalui Bank Indonesia. Hal ini dilakukan untuk mencegah timbulnya market bubble. Karena jika harga melambung begitu tinggi tanpa dikendalikan maka suatu saat akan pecah dan menciptakan ketidakpastian (uncertainty). Dan hal inilah tugas pemerintah melalui BI mengatur pertumbuhan ekonomi agar terus stabil.
Sedangkan pengaruh inflasi terhadap harga saham sudah bisa diprediksi bahwa ada kemungkinan harga saham akan mulai terkoreksi jika inflasi begitu tinggi karena kemungkinan besar pemerintah melalui BI akan menaikkan tingkat suku bunganya.
Jika tingkat suku bunga tinggi maka beban perusahaan akan semakin tinggi pula. Hal ini terjadi khususnya pada perusahaan yang mempunyai hutang di bank sehingga profit mereka pun akan menurun yang pada akhirnya akan menekan harga sahamnya.
Inflasi yang tinggi biasanya akan dibarengi dengan naiknya suku bunga melalui Bank Indonesia. Hal ini dilakukan untuk mencegah timbulnya market bubble. Karena jika harga melambung begitu tinggi tanpa dikendalikan maka suatu saat akan pecah dan menciptakan ketidakpastian (uncertainty). Dan hal inilah tugas pemerintah melalui BI mengatur pertumbuhan ekonomi agar terus stabil.
Sedangkan pengaruh inflasi terhadap harga saham sudah bisa diprediksi bahwa ada kemungkinan harga saham akan mulai terkoreksi jika inflasi begitu tinggi karena kemungkinan besar pemerintah melalui BI akan menaikkan tingkat suku bunganya.
Jika tingkat suku bunga tinggi maka beban perusahaan akan semakin tinggi pula. Hal ini terjadi khususnya pada perusahaan yang mempunyai hutang di bank sehingga profit mereka pun akan menurun yang pada akhirnya akan menekan harga sahamnya.
Kita sebagai investor juga patut tahu bahwa ketika inflasi naik 2% maka sebenarnya keuntungan yang telah didapat misalnya 20% sudah berkurang nilai riil nya yaitu menjadi 18% (dikurangi dengan nilai inflasi).
Tapi perlu dipahami juga bahwa tidak selamanya yang namanya inflasi itu buruk. Sedikit inflasi atau inflasi yang terkendali menunjukkan bahwa kita mempunyai gairah untuk berbelanja, dan berinvestasi yang pada akhirnya akan menciptakan lapangan pekerjaan dan kesetaraan ekonomi negara.
Berikut ini adalah batasan-batasan mengenai inflasi,
Tapi perlu dipahami juga bahwa tidak selamanya yang namanya inflasi itu buruk. Sedikit inflasi atau inflasi yang terkendali menunjukkan bahwa kita mempunyai gairah untuk berbelanja, dan berinvestasi yang pada akhirnya akan menciptakan lapangan pekerjaan dan kesetaraan ekonomi negara.
Berikut ini adalah batasan-batasan mengenai inflasi,
- Inflasi ringan ( kurang dari 10% per tahun)
- Inflasi sedang ( antara 10% sampai < 30% per tahun)
- Inflasi berat ( antara 30% sampai 100% per tahun)
- Hiperinflasi atau tidak terkendali ( diatas 100% per tahun)
Dan kita juga pernah mengalamai hiperinflasi dan tentu negara-negara lain juga pernah mengalaminya.