Manajemen portfolio saham, Sebelum kita berbicara panjang lebar mengenai manajamen portfolio saham dan bagaimana cara menyusunnya sebaiknya kita pahami terlebih dahulu mengenai arti "Portfolio" itu sendri.
Jadi, portfolio adalah kumpulan atau susunan aset investasi yang terdiri dari deposito, properti, saham, emas, saham, obligasi, dan lain-lain. Dan karena yang akan kita bahas adalah portfolio saham maka pengertian tersebut menjadi lebih sempit yaitu kumpulan atau susunan aset investasi yang terdiri dari saham-saham yang ada di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Jadi, portfolio adalah kumpulan atau susunan aset investasi yang terdiri dari deposito, properti, saham, emas, saham, obligasi, dan lain-lain. Dan karena yang akan kita bahas adalah portfolio saham maka pengertian tersebut menjadi lebih sempit yaitu kumpulan atau susunan aset investasi yang terdiri dari saham-saham yang ada di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Dan jika kita berbicara mengenai "Manajemen Portfolio Saham" berarti kita berbicara tentang bagaimana cara menyusun portfolio saham dan mengaturnya sehingga susunan portfolio saham tersebut mampu menghasilkan return atau imbal hasil yang maksimal.
Untuk menyusun portfolio saham dan melakukan penerapan manajemen portfolio saham maka kita perlu mengikuti beberapa langkah berikut ini,
- Menentukan profil risiko dan strategi yang tepat berdasarkan profil risiko tersebut.
- Menentukan komposisi portfolio saham yang terdiri dari jenis saham dan alokasi dananya.
- Menentukan kriteria saham yang akan menjadi susunan portfolio saham.
#1. Langkah Pertama Manajemen Portfolio Saham, Menentukan Profil Risiko dan Strateginya
Ketika kita berbicara tentang saham maka sebenarnya kita semua sudah tahu bahwa saham adalah salah satu instrumen investasi yang bersifat High Risk High Return. Memang banyak sekali berita yang beredar di masyarakat bahwa yang namanya saham mampu menghasilkan return atau imbal hasil yang besar tetapi banyak masyarakat yang belum tahu bahwa dibalik imbal hasil yang besar saham juga bisa menghasilkan kerugian yang besar sehingga mampu membuat investor bangkrut total.
Karena hal itu, kita sebagai investor saham perlu menerapkan strategi manajemen portfolio saham dengan baik dan benar sehingga potensi risiko yang bisa muncul dapat kita kurangi atau bahkan hilang. Dan untuk melakukan hal ini maka kita harus tahu terlebih dahulu tentang profil risiko yang sedang kita hadapi sehingga kita mampu menerapkan strategi yang tepat. Dan biasanya profile risiko berkaitan dengan jenis saham yang akan diambil sebagai komposisi portfolio saham.
Setiap orang mempunyai profil risiko yang berbeda-beda sehingga kita sendiri harus tahu seperti apa profil risiko kita sendiri. Dengan mengetahui profil risiko diri sendiri maka kita akan mampu menyusun portfolio saham dan menerapkan strategi manajemen portfolio saham yang tepat untuk mengurangi risiko investasi saham dan memaksimalkan keuntungan atau imbal hasil.
Secara garis besar profil risiko seseorang dikelompokkan kedalam beberapa kategori antara lain,
- Investor Konservatif adalah tipe investor yang tidak mau rugi atau tidak ingin menanggung risiko sehingga yang namanya risiko patut dihindari. Jadi pada intinya investor ini hanya ingin mendapatkan penghasilan dari investasi saham
- Investor Moderat adalah tipe investor yang menerima adanya risiko yang tinggi dengan syarat keuntungan atau imbal hasil yang didapat juga tinggi. Jadi pada intinya investor ini mempunyai keinginan mendapat penghasilan yang cukup besar dari investasi saham.
- Investor Agresif adalah tipe investor yang berani mengambil risiko besar karena dia memang ingin mendapatkan keuntungan yang besar dari saham. Dan bahkan investor tipe ini berani membeli saham yang kemungkinan mampu melipatgandakan uangnya meskipun saham yang dibeli berfundamental jelek.
Untuk menentukan profil risiko Anda sendiri maka Anda harus bersikap jujur dengan tujuan awal Anda investasi saham karena jika Anda tidak jujur maka bisa jadi Anda akan bingung di tengah jalan sehingga kemungkinan besar hal ini akan meningkatkan risiko Anda sendiri.
Jangan sampai Anda ingin mendapatkan hasil yang besar tetapi Anda tidak berani menanggung risiko karena saham adalah investasi yang bersifat High Risk High Return yang artinya jika ingin mendapatkan imbal hasil yang besar berarti berani menanggung risiko yang besar pula.
Langkah berikutnya, jika Anda sudah menentukan jenis profil risiko Anda sendiri maka Anda harus menentukan strategi seperti apa yang cocok dengan profil risiko yang Anda miliki tersebut. Berdasarkan faktor fundamental perusahaan maka yang namanya kegiatan investasi saham dikelompokkan berdasarkan beberapa strategi yaitu Income Investing, Growth Investing, dan Value Investing.
Manajemen Portfolio Saham, Strategi Investasi "Income Investing"
Strategi investasi Income Investing adalah strategi yang dilakukan dengan cara membeli saham yang secara rutin membagi hasil keuntungan atau dividen. Strategi ini sangat cocok untuk investor yang mempunyai tujuan mendapatkan penghasilan rutin dari saham. Startegi ini mempunyai risiko yang kecil karena perusahaan yang dibeli sudah mampu menghasilkan keuntungan setiap tahunnya.
Manajemen Portfolio Saham, Strategi Investasi "Growth Investing"
Strategi investasi Growth Investing adalah strategi yang dilakukan dengan cara membeli saham yang mempunyai potensi terus bertumbuh pendapatannya di masa depan. Dan strategi investasi ini kebanyakan tidak terlalu mempedulikan harga wajar saham itu sendiri dan bahkan bisa membeli saham dengan harga yang sangat tinggi asalkan saham tersebut mempunyai potensi tumbuh yang tinggi di masa depan. Strategi ini mempunyai risiko yang kecil karena perusahaan sudah mampu terus bertumbuh dan menghasilkan keuntungan.
Manajemen Portfolio Saham, Strategi Investasi "Value Investing"
Strategi investasi Value Investing adalah strategi yang dilakukan dengan cara membeli saham yang harganya berada jauh dibawah harga wajarnya (undervalued) atau dianggap murah. Startegi investasi ini juga diterapkan oleh investor kawakan Warren Buffet sehingga Dia selalu mampu membeli saham di harga yang sangat murah terutama ketika terjadi koreksi besar-besaran di pasar saham. Dan ketika kita bisa membeli saham pada posisi harga murah (undervalued) maka secara langsung sebenarnya kita sudah mendapatkan keuntungan dan hanya perlu duduk manis melihat saham yang kita beli menghasilkan keuntungan untuk kita.
#2. Langkah Kedua Manajemen Portfolio Saham, Menentukan Komposisi Portfolio
Langkah kedua manajemen portfolio saham yang harus kita lakukan setelah mengetahui bagaimana profil risiko yang kita miliki sekaligus jenis investasi saham yang cocok untuk profil risiko tersebut adalah menentukan komposisi portfolio tersebut.
Setiap profil risiko mempunyai saran susunan komposisi portfolio yang berbeda-beda sehingga jumlah keuntungan atau kerugian juga akan berbeda.
Investor saham dengan profil risiko Konservatif bisa mempunyai komposisi portfolio 50% Income Stock dan 50% Growth Stock. Dan sangat disarankan jika mempunyai komposisi portfolio saham dengan jumlah Growth Stock 80% dan Value Stock 20%.
Untuk investor saham dengan profil risiko Moderat sangat disarankan untuk mempunyai komposisi portfolio 50% Growth Stock dan 50% Value Stock.
Sedangkan investor saham dengan profil risiko Agresif sangat disarankan untuk fokus menyusun komposisi portfofolio yang mayoritas diisi oleh Value Stock 80% dan Growth Stock 20%.
Seperti yang sudah kita bahas bahwa metode investasi yang kita ketahui ada beberapa macam yaitu Income Investing, Growth Investing, dan Value Investing.
Kriteria Income Stock,
Kriteria Growth Stock,
Kriteria Value Stock,
Kemudian langkah terakhir yang kita lakukan jika kita sudah berhasil menyusun portfolio saham maka kita harus sering mengevaluasi portfolio tersebut secara periodik (per kuartal atau per annual). Apakah ada saham yang berpotensi mempunyai kinerja buruk dalam periode tertentu sehingga jika terdapat saham yang mempunyai potensi menghasilkan kerugian maka kita bisa mengganti saham tersebut dengan saham lain.
Evaluasi portfolio saham harus kita lakukan secara rutin karena ketika kita membeli saham berarti kita sedang membeli bisnis dan yang namanya bisnis harus terus dievaluasi apakah bisnis tersebut masih menghasilkan keuntungan atau tidak.
Setiap profil risiko mempunyai saran susunan komposisi portfolio yang berbeda-beda sehingga jumlah keuntungan atau kerugian juga akan berbeda.
Investor saham dengan profil risiko Konservatif bisa mempunyai komposisi portfolio 50% Income Stock dan 50% Growth Stock. Dan sangat disarankan jika mempunyai komposisi portfolio saham dengan jumlah Growth Stock 80% dan Value Stock 20%.
Untuk investor saham dengan profil risiko Moderat sangat disarankan untuk mempunyai komposisi portfolio 50% Growth Stock dan 50% Value Stock.
Sedangkan investor saham dengan profil risiko Agresif sangat disarankan untuk fokus menyusun komposisi portfofolio yang mayoritas diisi oleh Value Stock 80% dan Growth Stock 20%.
#3. Langkah Ketiga Manajemen Portfolio Saham, Menentukan Kriteria Saham
Langkah ketiga manajemen portfolio saham yang harus kita lakukan adalah bertindak mencari atau menentukan kriteria saham yang akan kita masukkan kedalam portfolio saham berdasarkan hasil penentuan komposisi saham.Seperti yang sudah kita bahas bahwa metode investasi yang kita ketahui ada beberapa macam yaitu Income Investing, Growth Investing, dan Value Investing.
Manajemen Portfolio Saham, Income Stock
Ketika kita berinvestasi ala Income investing berarti kita harus berinvestasi pada saham-saham yang mampu memberikan pendapatan rutin kepada kita berupa pembagian dividen yang kemudian kita sebut saham tersebut dengan istilah Income Stock.Kriteria Income Stock,
- Secara rutin perusahaan tersebut membagikan dividen kepada para pemegang saham.
- Besarnya dividen yang dibayar kepada pemegang saham setiap tahun selalu bertumbuh dan kita bisa memilih perusahaan yang memberikan dividen dengan pertumbuhan diatas 10%.
- Mempunyai dividen yield yang lumayan besar. Dividen yield adalah perbandingan antara besarnya dividen yang dibayar dengan harga saham.
- Perusahaan selalu mampu menumbuhkan pendapatannya dari tahun ke tahun sehingga mampu memberikan dividen secara rutin kepada pemegang saham.
- Diharapkan volatilitas pergerakan harga saham rendah (beta rasio 0 - 1) sehingga kita bisa mendapatkan dividen yield yang besar.
Manajemen Portfolio Saham, Growth Stock
Ketika kita berinvestasi ala Growth Investing berarti kita harus berinvestasi pada saham-saham yang mempunyai potensi pertumbuhan pendapatan yang sangat tinggi yang kemudian saham yang masuk dalam kategori seperti ini kita sebut dengan istilah Growth Stock.Kriteria Growth Stock,
- Mempunyai pertumbuhan Earning Per Share (EPS) yang tinggi setiap kuartal terakhir dibandingkan dengan kuartal yang sama pada tahun sebelumnya. Misalnya Q1 pada tahun 2017 dibanding Q1 pada tahun 2016 dengan rata-rata pertumbuhan EPS minimal sebesar 25%. Untuk Perhitungan ini kita bisa menggunakan data EPS lima tahun terakhir.
- Mempunyai pertumbuhan Return On Equity (ROE) rata-rata 15% - 20% pertahun dengan pengambilan data lima tahun terakhir.
- Perusahaan yang termasuk perusahaan yang terus bertumbuh adalah perusahaan yang mampu menghasilkan rata-rata Profit Margin yang kuat. Untuk data yang diambil adalah data lima tahun terakhir.
Manajemen Portfolio Saham, Value Stock
Ketika kita berinvesatsi ala Value Investing berarti kita sedang berinvestasi pada saham-saham yang dihargai murah (undervalued). Untuk menjalankan investasi ala value investing hal yang paling diperlukan adalah Kesabaran dan Keberanian karena pada kondisi normal jarang sekali kita akan menemukan saham yang undervalued dan biasanya kita akan menemukan saham undervalued ketika pasar sedang dalam kondisi koreksi. Dan biasanya jika kita dihadapkan dengan kondisi seperti ini kita malah ketakutan untuk membeli saham tersebut, makanya kenapa Saya katakan bahwa diperlukan Keberanian disini.Kriteria Value Stock,
- Harga saham di pasar berada di bawah harga wajarnya.
- Memiliki rasio keuangan Debt to Equity Ratio (DER) yang kecil dengan saran adalah sebesar kurang dari 1.
- Memiliki rasio keuangan perusahaan Current Ratio yang tinggi karena dengan memiliki nilai Current Ratio diatas 1.5 maka kita yakin bahwa perusahaan tersebut mampu membayar hutang jangka pendeknya ketika terjadi krisis ekonomi.
- Memiliki pertumbuhan Earning Per Share (EPS) positif minimal lima tahun ke belakang.
- Memiliki rasio keuangan Price to Book Value (PBV atau P/BV) kurang dari 1.2.
- Memiliki rasio keuangan Price Earning Ratio (PER) sebesar 9.0 atau kurang lebih baik.
Kemudian langkah terakhir yang kita lakukan jika kita sudah berhasil menyusun portfolio saham maka kita harus sering mengevaluasi portfolio tersebut secara periodik (per kuartal atau per annual). Apakah ada saham yang berpotensi mempunyai kinerja buruk dalam periode tertentu sehingga jika terdapat saham yang mempunyai potensi menghasilkan kerugian maka kita bisa mengganti saham tersebut dengan saham lain.
Evaluasi portfolio saham harus kita lakukan secara rutin karena ketika kita membeli saham berarti kita sedang membeli bisnis dan yang namanya bisnis harus terus dievaluasi apakah bisnis tersebut masih menghasilkan keuntungan atau tidak.